
Hutan Halmahera yang terancam keindahannya
28 April 2025
Halmahera, sebuah pulau di jantung Kepulauan Maluku, Provinsi Maluku Utara, menyimpan kekayaan alam yang tak ternilai. Dengan luas 3.891,62 km² dan dihuni sekitar 197.638 jiwa (2020), pulau ini bukan sekadar daratan biasa—Halmahera adalah rumah bagi harta karun hayati dunia.
Di tepi utara semenanjung Halmahera, membentang ekosistem hutan yang langsung berbatasan dengan ganasnya Samudera Pasifik. Inilah jantung hijau Wallacea, wilayah yang menjadi "laboratorium alam" dengan kekayaan biodiversitas yang luar biasa tinggi.
Salah satu permata Halmahera adalah Cenderawasih Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii), burung memesona yang tak bisa ditemukan di belahan dunia mana pun selain di Pulau Halmahera dan Pulau Bacan. Dengan dua pasang bulu putih melengkung anggun dari sayapnya, bidadari ini mempersembahkan tarian magis saat musim kawin, menari pagi dan sore hari dalam upaya menarik pasangan—sebuah pemandangan langka yang kini semakin sulit dijumpai.
Tak hanya itu, Halmahera juga menjadi tempat tinggal kuskus mata biru (Phalanger matabiru), primata misterius bermata safir yang beraktivitas di kegelapan malam dan memilih hidup soliter di ketinggian pohon. Spesies-spesies unik ini adalah bukti nyata bahwa Halmahera adalah "arkade alam" yang perlu dijaga.
Lebih dari sekadar keindahan, hutan Halmahera juga menjadi sumber kehidupan. Dari hutan ini, lahir komoditas unggulan seperti kacang kenari Pulau Makian yang telah menembus pasar dunia hingga ke Finlandia dan Italia. Tak ketinggalan hasil alam lainnya seperti kelapa, cengkeh, dan pala, yang menopang ekonomi masyarakat setempat.
Namun, surga ini kini berada di ujung tanduk. Alih fungsi hutan akibat ekspansi tambang dan perkebunan sawit terus menggerus ekosistem vital ini. Ancaman ini bukan hanya membahayakan spesies langka, tapi juga menghancurkan sumber mata pencaharian masyarakat Halmahera dan mempercepat krisis iklim global.
Sebagai salah satu negara megabiodiversitas dunia, Indonesia memegang tanggung jawab besar untuk menjaga warisan alamnya. Data Lembaga Potensi Keanekaragaman Hayati Indonesia tahun 2020 menyebutkan ada 773 spesies Indonesia yang kini masuk daftar terancam punah—mulai dari mamalia, burung, reptil, hingga lebah madu endemik.
Wilayah Wallacea, termasuk Halmahera, memiliki tingkat endemisitas tinggi—banyak spesies yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia. Menjaga hutan Halmahera berarti menjaga napas kehidupan, identitas bangsa, serta kontribusi vital dalam menyerap karbon dan melawan perubahan iklim.
Kini, saatnya membuka mata: menyelamatkan Halmahera adalah menyelamatkan masa depan kita semua.